About my father
Sesuai judul aja sih, jadi tadi diem diem mulai keinget tentang hal hal sederhana yang ada pada diri ayah saya, dan gatau juga tiba tiba pingin aja ngetik di web ini, jadi yah... Biarkan anak gapintar pintar amat berkreasi, shit๐
Ga ada hal yang begitu menarik di pagi tadi, jika di pagi pagi yang lain ibuku sudah menyiapkan beberapa buah, 3 lembar roti, satu gelas susu, dan 1 kapsul suplemen, maka di pagi tadi ibuku hanya menyiapkan 1000 kata kata dakwah yang siap untuk dibuat berceramah.
Disini saya bukan bermaksud untuk membeda bedakan antara ayah dan ibuku, tapi aku merasa jika ibuku terlalu egois dalam mendidik ku, dia hanya memotivasi dengan kata kata, tapi dia tidak pernah memberi contohnya.
Dan ayahku, ayahku mendidik ku dengan sangat sederhana, memotivasi dengan kata juga contoh tindakannya, menyuruhku untuk selalu berpenampilan sederhana, melarangku untuk jangan terlalu dekat dengan pria, dan menyuruhku diam kala aku tak punya kata yang bermanfaat untuk dibicarakan.
Ayahku paling benci ketika aku lalai dalam ibadah, ayahku marah ketika aku mementingkan ilmu dunia ketimbang ilmu agama, dan ayahku tidak begitu suka jika melihatku sibuk dengan suatu aktivitas yang tidak mengandung unsur ke agamaan.
Yang membuatku sangat rindu, di pagi hari ayahku selalu menyuruh anak anaknya untuk lomba balapan minum segelas susu, dan jelas saja aku dan adikku samasekali tidak pernah memenangkan lomba itu, karna kakakku meneguk segelas susu itu lebih cepat, seakan akan dia meneguk susu itu hanya denga 3 tegukan.
Kemudian, ba'da 3 raka'at ayah selalu menagih ku untuk menyetorkan surat surat pendek yang sudah kuhafalkan, dan jika aku tak berhasil mengahafal ayah ku selalu menghukum ku untuk membaca jus 30 secara tartil dan dengan posisi berdiri.
Dan ketika aku beranjak untuk tidur, ayah selalu menceritakan tentang kisah kisah nabi dan orang orang yang beriman di masanya. Dan terkadang ayah menceritakan kisah kisah itu denga 3 bahasa. Bahasa indonesia, inggris, dan sunda. Namun ayah lebih sering menggunakan bahasa inggris, karna ayahku juga menggemari bahasa itu.
Dalam kisah kisah nabi yang sudah ayah ceritakan aku juga diminta untuk mengambil hikmah dari ceritanya, tentang bagaimana semestinya sang anak harus rela melakukan apapun agar ibunya bahagia ( dalam kisah uwais al qarni).
Tentang bagaimana kita harus menjadi orang yang baik, bukan menjadi seorang penghianat seperti yudas iskariot yang telah menghianati nabi isa.
Dan bahkan yang menarik lagi, bahwa nanti kita menjadi pemimpin dalam bidang kepolitikan, jadilah pemimping yang seperti umar bin khatab, yang rela mati demi agama, yang adil dalam mengambil keputusan, dan yang sangat berani.
Yang menariknya lagi, terkadang ayah menceritakan tentang bagaimana pertemuan pertama kalinya dengan ibuku๐๐๐
Dan rasanya, aku mengetik tadi tidak memikir sama sekali, hati yang mengatakan, dan jari yang menyimpulkan.
Ga ada hal yang begitu menarik di pagi tadi, jika di pagi pagi yang lain ibuku sudah menyiapkan beberapa buah, 3 lembar roti, satu gelas susu, dan 1 kapsul suplemen, maka di pagi tadi ibuku hanya menyiapkan 1000 kata kata dakwah yang siap untuk dibuat berceramah.
Disini saya bukan bermaksud untuk membeda bedakan antara ayah dan ibuku, tapi aku merasa jika ibuku terlalu egois dalam mendidik ku, dia hanya memotivasi dengan kata kata, tapi dia tidak pernah memberi contohnya.
Dan ayahku, ayahku mendidik ku dengan sangat sederhana, memotivasi dengan kata juga contoh tindakannya, menyuruhku untuk selalu berpenampilan sederhana, melarangku untuk jangan terlalu dekat dengan pria, dan menyuruhku diam kala aku tak punya kata yang bermanfaat untuk dibicarakan.
Ayahku paling benci ketika aku lalai dalam ibadah, ayahku marah ketika aku mementingkan ilmu dunia ketimbang ilmu agama, dan ayahku tidak begitu suka jika melihatku sibuk dengan suatu aktivitas yang tidak mengandung unsur ke agamaan.
Yang membuatku sangat rindu, di pagi hari ayahku selalu menyuruh anak anaknya untuk lomba balapan minum segelas susu, dan jelas saja aku dan adikku samasekali tidak pernah memenangkan lomba itu, karna kakakku meneguk segelas susu itu lebih cepat, seakan akan dia meneguk susu itu hanya denga 3 tegukan.
Kemudian, ba'da 3 raka'at ayah selalu menagih ku untuk menyetorkan surat surat pendek yang sudah kuhafalkan, dan jika aku tak berhasil mengahafal ayah ku selalu menghukum ku untuk membaca jus 30 secara tartil dan dengan posisi berdiri.
Dan ketika aku beranjak untuk tidur, ayah selalu menceritakan tentang kisah kisah nabi dan orang orang yang beriman di masanya. Dan terkadang ayah menceritakan kisah kisah itu denga 3 bahasa. Bahasa indonesia, inggris, dan sunda. Namun ayah lebih sering menggunakan bahasa inggris, karna ayahku juga menggemari bahasa itu.
Dalam kisah kisah nabi yang sudah ayah ceritakan aku juga diminta untuk mengambil hikmah dari ceritanya, tentang bagaimana semestinya sang anak harus rela melakukan apapun agar ibunya bahagia ( dalam kisah uwais al qarni).
Tentang bagaimana kita harus menjadi orang yang baik, bukan menjadi seorang penghianat seperti yudas iskariot yang telah menghianati nabi isa.
Dan bahkan yang menarik lagi, bahwa nanti kita menjadi pemimpin dalam bidang kepolitikan, jadilah pemimping yang seperti umar bin khatab, yang rela mati demi agama, yang adil dalam mengambil keputusan, dan yang sangat berani.
Yang menariknya lagi, terkadang ayah menceritakan tentang bagaimana pertemuan pertama kalinya dengan ibuku๐๐๐
Dan rasanya, aku mengetik tadi tidak memikir sama sekali, hati yang mengatakan, dan jari yang menyimpulkan.
Komentar
Posting Komentar